Satu lagi postingan tentang kegalaun akan cincya.
Setelah mencari - cari saya pun menemukan kisah percintaan yang begitu.....uhuy...... Kisah Cinta Ali-Fatimah, saya bingung menyimpulkannya, tapi sebisa mungkin saya berlaku seperti Ali (Simak sendiri kisahnya). Masih di laman muslimah.or.id di artikel berjudul “Cinta Sejati dalam Islam.” Saya mendapat
banyak pencerahan. Singkatnya, timbul satu pertanyaan “apa yang menjadi
ketertarikan cinta saya terhadap akhwat tersebut? Apakah karena kecantikannya? Hartanya?
Ataukah karena agamanya? Apabila karena kecantikannya, maka celakalah saya. Bayangkan,
apabila akhwat yang saya cintai sudah mulai menua, timbulah keriput dan lainnya
atau pun apabila akhwat tersebut tiba – tiba terserang penyakit, sehingga jadi
memble lah, atau apapun itu yang merusak wajahnya. Akankah saya masih
mencintainya? Lalu apabila karena hartanya, yang suatu saat bisa saja hilang.
Akankah saya masih mencintainya? Kabar baik apabila karena agamanya, “Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh,
dan akhlaq yang mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar
matahari, dan tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun
ajal telah menjemput.” Begitu katanya, tapi ya yang paling oke kalau
ketiganya huehehehe….
Tapi ah…. Terlepas dari semua pandangan
islam tentang cinta, yang saya rasakan memang benar cinta ini membunuhku.
Tapi, sebagai seorang muslim yang senantiasa memperbaiki dirinya tentunya saya
akan berusaha sebaik mungkin mengamalkan apa yang telah saya kaji sendiri. Memang
perasaan ini sangat menyakitkan, namun saya yakin ini memang seninya hidup,
memang ujian dari Allah untuk hamba-Nya yang taat. Saya yakin, saya pun akan
bahagia dengan pasangan saya nanti, tak tahu bagaimana caranya. Tengoklah kisah
cinta Ali-Fatimah yang ... (baca sendiri deh :p). Tidak perlu berpacaran karena
saya tahu lebih banyak mudarat daripada manfaatnya dan seperti yang Soedjiwo
Tedjo katakan, “Tuhan Maha Asyik.” Yup! Saya setuju pasti ada kejutan – kejutan
yang tak terduga dari Allah, hanya bagaimana kita terus berdoa dan berikhtiyar
dalam Jalan-Nya, tidak berarti kita pasrah, tetap saja cinta harus dijemput.
Akhir kata, semoga kisah cinta saya
tidak berbeda jauh dari kisah cinta Ali-Fatimah hihihi (Lha sih?????). Wallahualam.
Comments
Post a Comment