"Praktikum ini itu emang buat apa??? nunggu sapi boker n pipis selama 12 jam emang esensinya buat apa to? Laporannya tulis tangan lagi." satu pertanyaan yang terucap dari salah satu temanku... Banyaknya praktikum yang dijalani, terutama dalam pengerjaan laporan terkadang membuat praktikan (mahasiswa) mengeluarkan statement-statement berupa keluhan atasnama esensi.... Saya pribadi pun mungkin pernah bertanya-tanya seperti itu... namun... satu hal yang terlintas... mengapa itu hanya sebagai pertanyaan? bukan kita jawab pertanyaannya? Justru diadakannya praktikum ini dan itu kita memang harus kudu dan wajib mengetahui esensi dan tujuan dari praktikum tersebut. Mungkin banyak yang tidak menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut... ya... karena hati kita tidak ikut andil. Istilahnya... "tangannya kemana pikirannya kemana."... Ingatlah kawan.... Waktu, materi, keringat yang kita keluarkan jika hanya untuk.... praktikum.... selesai... buat laporan... lupa... Lalu untuk apa??? Ayolah kawan.... rasakan praktikum itu seperti makan es krim... rasakan praktikum itu seperti makan magelangan burjo klebengan yang dapetinnya kudu ngantri 30menit dulu... atau apalah... Ingatlah waktu... Ingatlah hukum waktu... waktu tidak bisa kembali... so... buat apa kita capek praktikum tapi akhirnya ga ada gunanya... cuma buang waktu... mending buat main iya ga??? eh.... ya udah mending main aja daripada praktikum.... ya monggo.... ga usah kuliah lah... haha
Ada hal yg bisa kita pilih, ada pula hal yang tidak bisa kita pilih, contoh: terlahir menjadi laki-laki, di keluarga A. Ada hal yang sebetulnya bisa kita pilih, tapi kita tidak memakai kewenangan itu, begitu juga sebaliknya, ada hal yang tidak bisa kita pilih, tapi kita mati-matian untuk mendapatkan hal tersebut. Sehingga, terkadang ada solusi atas permasalahan kita, justru kita tidak memilih pilihan tersebut. Manusia berada di antara dua pilihan, pilihan yang harus diterima dan pilihan yang harus dilakukan. 24.An-Nūr : 60 Dan para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak ada dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan; tetapi memelihara kehormatan adalah lebih baik bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Mengapa wanita sudah sepuh boleh menanggalkan pakaian luarnya (bukan berarti telanjang, misal: tidak memakai kerudung)? Setiap hukum ada faktornya ( 'il
Comments
Post a Comment